Bungkam dengan Darah: Pembunuhan Keji Wartawan Senior Gegerkan Pangkalpinang
Tubuhnya mengenakan kaos biru, celana jeans, dan kaus kaki hitam abu-abu. Luka sayatan benda tajam menghiasi tubuhnya. Dugaan kuat, ia dibunuh terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumur—upaya keji untuk membungkam suara yang tak pernah mau kompromi.
Kabar duka ini bermula dari keresahan keluarga yang kehilangan kontak sejak Kamis pagi. “Tim langsung bergerak dan menemukan jasad korban di kebunnya,” ungkap Dirreskrimum Polda Babel, Kombes Pol Muhammad Rivai Arvan.
Putrinya, Nava Praditya Oktarila (23), tak kuasa menahan air mata saat menceritakan detik terakhir sang ayah. “Bapak bilang mau ketemu orang Swiss-Bell. Jam 11.30 HP-nya sudah tak aktif,” ujarnya lirih.
Polisi bergerak cepat. Seorang terduga pelaku, yang diduga penjaga kebun korban, dibekuk di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Saat diamankan, pelaku membawa mobil Daihatsu Terios putih BN 1397 TE milik korban. Motif masih diselidiki, namun tak menutup kemungkinan berkaitan dengan profesi sang jurnalis.
Adityawarman bukan sekadar wartawan. Ia adalah suara rakyat kecil, pengusung transparansi, dan pengurus Pers Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Bangka Belitung. Kepergiannya meninggalkan lubang besar dalam perjuangan kebebasan pers.
“Kami kehilangan pejuang sejati. Dia tidak pernah gentar menyuarakan kebenaran,” ujar seorang rekan sesama jurnalis. Desakan pun menguat agar aparat mengusut kasus ini seterang-terangnya.
Kapolda Babel, Irjen Pol Dwi Tunggal Jaladri, menegaskan, “Kami tidak akan mentoleransi kekerasan terhadap jurnalis. Proses hukum akan berjalan sampai tuntas.”
Kini, jenazah Adityawarman berada di RS Bhayangkara Polda Babel untuk autopsi, sebelum dimakamkan di TPU keluarga. Tragedi ini menambah panjang daftar kelam kekerasan terhadap wartawan di Indonesia dan menjadi peringatan keras bahwa kebenaran masih terus diburu oleh mereka yang takut pada cahaya.
Sumber: KBO Kantor Berita Online Babel Riki. Pewarta: Jn//98. (Mul)